Rakyat Merdeka — Seorang remaja wanita asal London mengaku ketagihan menonton seks online sejak usianya 10 tahun, yang bermula karena rasa ingin tahu saat anak-anak. Courtney Daniella Boateng, yang saat ini usianya 23 tahun telah berhasil mengatasi kecanduannya sejak 4 tahun lalu. Courtney mengatakan mulanya dia menonton adegan seks pasangan dewasa itu tanpa sengaja di usia 10 tahun saat dia main komputer.
“Menatap layar komputer, aku tersentak kaget melihat video seorang pria dan wanita yang melakukan seks oral. Berusia 10 tahun, aku tahu aku seharusnya tidak menonton ini, tetapi aku tidak bisa berhenti,” ujar Courtney seperti yang dilansir dari The Sun pada Rabu (23/9/2020).
Di usia itu dia sangat ingin tahu, tentang yang pasangan itu ocehkan dalam video, apakah itu seks?
“Saya selalu menjadi anak yang penuh rasa ingin tahu, dengan pertanyaan yang terus-menerus tentang apa pun mulai dari hewan hingga sains,” ujarnya.
Ketika orang tuanya sedang bekerja atau sibuk, ia akan mencoba membuka YouTube untuk memenuhi rasa ingin tahunya soal seks lagi.
Saat tahun terakhirnya di sekolah dasar di London utara pada Juni 2007, kebetulan seks menjadi topik panas yang dibisikan dalam pergaulannya.
“Aku memutuskan untuk Google ‘video tentang seks’, berpikir aku akan mendapatkan video pendidikan,” ujarnya.
Sebaliknya, pencariannya memunculkan tautan ke situs Pornhub.
“Rabu sore itu, dengan orang tua di lantai bawah dan saudara perempuan saya yang berusia 6 tahun bermain di ruangan sebelah, aku pertama kali melihat seks,” ungkapnya.
Ia mengatakan, saat itu sudah terlalu mudah untuk menekan tombol yang menyatakan bahwa saya berusia 18 tahun, karena orang tua Courtney tidak mengaktifkan filter usia dan tidak ada situs yang pernah meminta ID. Di situs Pornhub, video-video yang ada tidak seperti yang pernah dia lihat sebelumnya, dan ia mulai ingin melihat lebih banyak.
“Segera itu menjadi rutinitas, beberapa kali dalam sebulan, ketika aku tahu orang tua bekerja lembur, aku akan membuka Pornhub dan mencari ‘cinta pertama’ atau ‘pasangan yang sudah menikah’,” ungkapnya.
Menghabiskan Waktu
“Setelah sebulan atau lebih, aku hanya bisa menjalani beberapa hari tanpa pornografi, pikiran aku berputar-putar dengan gambar yang pernah aku lihat, aku benar-benar ketagihan,” ujarnya.
Untuk menutupi jejaknya, ia akan menghapus riwayat pencarian di komputer. Ia juga menyembunyikan hiburan rahasianya itu dari teman-temannya, “karena aku tidak ingin menjadi orang pertama yang membicarakan hal itu.” Obsesinya berlanjut selama sekolah menengah. Saat itu, ia menghabiskan 2-3 jam dalam seminggu untuk menonton film porno.
“Aku kebanyakan menonton klip dengan alur cerita romantis yang suka aku ikuti, tetapi terkadang aku melihat adegan agresif yang tidak aku sukai,” ucapnya.
Hubungannya dengan pornografi berubah pada 2013, ketika ia berusia 15 tahun, ketika waktu ujian kelulusan tiba yang membuat stres semua remaja.
“Aku mulai mengalami kecemasan yang intens beberapa kali sebulan dan saya beralih ke pornografi untuk melarikan diri. Aku mulai melakukan masturbasi juga, setiap orgasme membawa gelombang kelegaan,” ujarnya.
Namun, itu memberinya gangguan. Setiap kali dirinya stres dan cemas, dalam beberapa menit kemudian ia ingin mencoba masturbasi lagi. Pada Juni 2014, kecanduannya semakin menggila. Ia melakukan masturbasi dari tontonan pornografinya 2-3 kali seminggu.
“Ketika teman-teman mengaku kadang-kadang menonton film porno juga, aku lega, tetapi aku tidak berani mengakui sejauh mana kebiasaanku,” ujarnya.
Pada Februari tahun berikutnya, ia sadar untuk menghentikan kebiasaannya karena pengaruhnya tidak cukup baik. Namun, stres karena mendaftar ke universitas ilmu politik dan sosial, ditambah dengan hormonnya yang meledak-ledak, membuat kecemasannya tidak terkendali.
“Aku memberi tahu orang tua dan dokterku ketika aku bergulat dengan kecemasan menjadi kejadian sehari-hari, dengan keduanya menyarankan lebih banyak tidur dan olahraga akan membantu, tetapi tidak juga,” ucapnya.
Pada bulan itu, ia mencoba bunuh diri dengan meminum parasetamol dengan dosis berlebih.
“Aku mengunci diri di kamar mandi, di mana saudara perempuanku menemukan aku terkapar di lantai, dan memanggil ambulans,” ucapnya.
Orang tuanya sangat kaget dan bertanya-tanya alasan putrinya melakukan percobaan bunuh diri. Namun, karena malu Courtney tidak menyebutkan alasan pornografinya yang ikut juga mempengaruhi stresnya.
Pada Maret 2016, untuk pertama kalinya ia berusaha untuk hidup tanpa pornografi, tanpa masturbasi, tanpa seks. Saat itu, itu telah menjadi tujuannya. Setiap kali ia merasakan kecemasan meluap di dalam dirinya. Ia beralih ke kegiatan yoga dan olahraga, membuat jurnal, bermain dengan teman-teman, atau pergi ke gereja.
Ia juga sadar bahwa kebiasaannya dengan pornografi dan masturbasi akan membuang waktu, dan juga tidak akan membuatnya tiba-tiba merasa lebih baik. Namun, saat itu ia masih tidak bisa terbuka dengan keluarganya tentang kebiasaannya.
“Mereka dari generasi yang berbeda, dan saya tahu akan sulit bagi mereka untuk mengerti,” ucapnya.
Kemudian, ia berkata, “Saya tidak mengakui bahwa saya memiliki kecanduan pada siapa pun sampai saya merekam video pengakuan di YouTube pada April 2020.”
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa melalui video YouTube itu adalah pertama kalinya ia benar-benar terbuka tentang betapa ia telah mengandalkan pornografi untuk mengelola kecemasannya. Lebih dari 800.000 orang melihat videonya.
“Tanggapan mereka luar biasa. Tak terhitung banyaknya perjuangan serupa dari mereka,” ucapnya.